Rangkuman Materi, Contoh Soal Teks Legenda & Pembahasannya

Posted on

Untuk Pembelajaran selanjutnya…

Definisi

Teks legenda yang termasuk prosa rakyat adalah cerita yang berkembang di masyarakat tentang sebuah kejadian atau peristiwa yang melatarbelakangi keberadaan sesuatu atau sebuah tempat. Peristiwa yang ada pada legenda ini dianggap suci oleh empunya atau oleh sebagian orang di zaman dulu atau si zaman sekarang karena berisi ceritanya berisi tentang keajaiban, kesaktian, anugerah, atau keistimewaan yang melibatkan tokoh-tokoh yang terlibat di dalam cerita tersebut. Namun, pada zaman sekarang legenda hanya bersifat rekreatif atau dianggap hiburan semata.

Ciri-ciri

Teks legenda memiliki ciri-ciri khusus yang bisa membedakan teks tersebut dengan teks yang lain. Berikut ini adalah ciri-ciri dari teks legenda:

  1. Cerita bersifat sakral, yaitu dianggap sebagai suatu kejadian yang benar-benar terjadi oleh empunya atau pun orang-orang zaman dahulu
  2. Cerita berisi tentang suatu peristiwa yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu atau suatu tempat yang terkenal di daerah itu.
  3. Bersifat keduniawian yang artinya peristiwa tersebut tidak ada hubungannya dengan aspek samawi, ketuhanan, atau religi. Peristiwa dalam sebuah legenda murni karena kesaktian dari tokoh dan memang hanya terjadi di bumi saja dengan latar waktu yang tidak begitu jelas/pasti.
  4. Berifat teritorial. Artinya setiap daerah memiliki cerita legenda tersendiri. Misalnya, cerita Sangkuriang (berkembang di daerah Jawa Barat), legenda Danau Toba (berkembang di daerah Batak/Sumatera Utara), legenda Danau Batur (berkembang di daerah Bali), dan legenda Roro Jonggrang (berkembang di daerah Jawa)
  5. Bersifat migrasi. Artinya cerita dalam legenda dikenal luas di tiap-tiap daerah meskipun versinya terkadang sedikit berbeda dengan kisah aslinya.
  6. Tema dari cerita legenda masih seputar kejadian luar biasa, kesaktian, keajaiban, keanehan, kekuatan supranatural, dll. yang tidak kita temukan di kehidupan sehati-hari.
  7. Pengaluran dalam cerita masih bersifat progresif (maju)
  8. Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang diaan (orang ketiga)
  9. Terdapat bagian-bagian masalah, seperti intriks (permulaan masalah), klimaks (puncak masalah), dan antiklimaks (masalah menurun), serta koda (pesan moral) sebagaimana umumnya cerita teks berjenis naratif.

Struktur

Teks legenda memiliki struktur yang mirip dengan teks naratif pada umumnya. Struktur teks legenda adalah: orientasi, konflik cerita/komplikasi, resolusi, dan koda (penutup) 

  1. Orientasi

    Bagian orientasi berupa awal atau dimulainya cerita dalam teks legenda. Di bagian ini, terdapat latar waktu indefinitif (tak jelas), latar tempat indefinitif (tak jelas), dan tokoh-tokoh berkarakter sakti dan berkekuatan supranatural yang bermain dalam cerita. Orientasi biasanya ditandai dengan kata-kata sebagai berikut:

    • Pada zaman dahulu,
    • Dahulu kala, ….
    • Di sebuah kerajaan,
    • Alkisah, hiduplah ….
    • Syahdan, …..
  2. Konflik cerita/Komplikasi

    Bagian komplikasi berisikan masalah atau kerumitan dalam cerita legenda. Di bagian ini, masalah muncul secara bertahap mulai dari awal munculnya masalah (intriks), puncak masalah (klimaks), dan menurunnya masalah (antiklimaks).

  3. Resolusi

    Bagian resolusi berisi tentang menurunnya masalah yang muncul di bagian komplikasi. Titik meredanya masalah (antiklimaks) yang ditemukan di bagian ini adalah bagian penting yang paling ditunggu oleh pembaca karena di bagian ini, tokoh protagonis yang sejalan dengan pikiran pembaca biasanya akan berada di posisi yang menguntungkan (sebagai pemenang).

  4. Koda

    Bagian koda berisi pelajaran atau nilai moral yang bisa diambil dari teks legenda. Bagian koda biasanya dapat ditentukan setelah kita membaca keseluruhan isi cerita dari teks legenda. Namun bagian koda ini bersifat opsional (boleh disertakan atau tidak).

Unsur-unsur instrinsik

Teks legenda memiliki unsur-unsur tersendiri yang membangun ciri khas atau konstruksi unik yang bisa menjadi pembeda teks tersebut dengan teks lainnya. Berikut ini adalah unsur-unsur teks cerita legenda.

  1. Tema cerita

    Tema adalah hal mendasar yang dijadikan latar belakang isi atau topik dari teks legenda. Tema dari cerita legenda sangat rumit dan tidak/sulit dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Tema dari teks legenda adalah seputar kejadian luar biasa, kesaktian, keajaiban, keanehan, kekuatan supranatural, sihir, dll.

  2. Latar cerita

    Setting atau latar cerita dalam teks legenda adalah ruang lingkup waktu, suasana, atau tempat di mana karakter atau tokoh-tokoh memainkan adegan demi adegan. Latar waktu dan tempat dalam teks legenda bersifat indefinif atau tak pasti, artinya tempat dan waktu kejadiannya fiktif (tidak diketahui pasti) atau tidak dapat dibuktikan atau ditelusuri secara ilmiah.  .

  3. Jalan cerita (alur)

    Alur cerita disebut juga plot atau jalan cerita. Secara teori, ada tiga jenis alur dalam cerita naratif pada umumnya: alur maju (progresif), alur mundur (flash back/regresif/kilas balik), dan alur campuran (variatif). Namun, di dalam teks legenda, hanya ada satu jenis plot, yaitu alur maju (progresif).

  4. Tokoh dan pewatakan

    Tokoh disebut juga pelaku atau karakter dalam cerita legenda, yaitu orang yang bermain dalam cerita, sedangkan penokohan atau pewatakan adalah pemberian sifat atau karakter terhadap tokoh hewan dalam teks legenda. Ada dua jenis tokoh dalam cerita legenda.

    1. Tokoh protagonis

      Tokoh protagonis adalah tokoh atau tokoh-tokoh berwatak baik dan sejalan dengan pikiran pembaca. Tokoh/tokoh-tokoh dalam teks legenda bisanya sakti dan memiliki kekuatan magis/supranatural.

    2. Tokoh antagonis

      Tokoh antagonis adalah tokoh atau tokoh-tokoh berwatak jahat atau bertentangan dengan tokoh protagonis. Tokoh/tokoh-tokoh antagonis dalam teks legenda juga bisa bersifat sakti dan memiliki kekuatan magis/supranatural.

  5. Sudut pandang

    Sudung pandang atau point of view adalah posisi pengarang/empu dalam teks legenda.  Ada dua jenis sudut pandang dalam sebuah cerita naratif pada umumnya: sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga.

    1. Sudut pandang orang pertama

      Dalam hal ini, pengarang seakan-akan ikut bermain dalam cerita. Pengarang memposisikan dirinya dengan “aku”, “ku”, “saya”, atau kita”.

    2. Sudut pandang orang ketiga

      Dalam hal ini, pengarang memosisikan diri sebagai “dalang” dalam cerita. Pengarang menggunakan sudut pandang “dia”, “ia”, “-nya”,  “mereka” atau “nama orang”. Perhatikan contoh penggalan cerpen di bawah ini:

    Namun, sudut pandang yang digunakan dalam teks legenda hanya sudut pandang orang ketiga atau diaan. Dalam hal ini, pengarang/empunya cerita memosisikan diri sebagai “dalang” dalam cerita. Pengarang menggunakan sudut pandang “dia”, “ia”, “-nya”,  “mereka” atau “nama tokoh/karakter”

  6. Amanat atau pesan moral

    Amanat atau pesan moral dalam teks legenda biasanya ditemukan di bagian akhir cerita, di bagian koda atau resolusi. Nilai moral sebuah cerita memiliki ciri-ciri berikut ini:

    1. Menunjukan hal-hal positif dalam kehidupan sehari-hari yang bisa dipelajari atau dijadikan refleksi/pembelajaran hidup (tentang sifat baik yang harus dilakukan manusia atau sifat buruk yang tidak boleh dilakukan manusia)
    2. Tidak boleh menonjolkan keunggulan secara fisik atau penampilan, seperti ketampanan, kecantikan, kekayaan, dll
    3. Tidak boleh menghina atau menyinggung masalah SARA (Suku, Agama, Ras, Antargolongan)

    Contoh-contoh nilai moral dalam cerita legenda:

    • Legenda Sangkuriang memiliki pesan moral: seorang anak tidak boleh berperilaku buruk atau tidak wajar terhadap orang tua atau kita harus hormati orang tua kita.
    • Legena Danau Toba memiliki pesan moral: kita tidak boleh melanggar janji kita meskipun dalam keadaan yang sangat genting.
  7. Gaya bahasa

    Gaya bahasa adalah bentuk penyajian bahasa yang digunakan dalam teks legenda.  Penggunaan gaya bahasa dalam teks legenda biasanya tidak formal, sederhana dan mudah dicerna, atau sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, ada beberapa kosakata kedaerahan atau berbau mistis/magis yang ditemukan di dalam teks untuk memberikan nuansa “sakral” namun dengan kaidah penulisan yang ajeg (ditulis dengan huruf miring)

Artkel Terkait  Rangkuman Materi Contoh Soal Larutan Penyangga / Buffer & Pembahasan Kelas 11

Unsur kebahasaan

Unsur-unsur kebahasaan dari teks fabel adalah sebagai berikut:

  1. Penulisan huruf miring

    Penulisan huruf miring digunakan penulisan nama buku/majalah/film/tabloid/drama dan kata-kata/istilah asing/kedaerahan/nonbahasa Indonesia. Penulisan huruf miring dalam teks legenda digunakan untuk penulisan kata/istilah asing atau kedaerahan. Misalnya:

    Sebagai orang Sunda dan panutan masyarakat, Kyai Tapa harus berperilaku depe-depe handap asor yang artinya dia harus ramah terhadap orang lain, baik dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Namun, adiknya, Ki Rawa Rontek yang merupakan seorang dukun sakti bersifat keukeuh peuteukeuh atau keras kepala. Dia tidak mau dinasihati Kyai Tapa dan cenderung suka membuat keonaran yang membuat resah masyarakat.
  2. Kalimat inversi

    Kalimat inversi adalah kalimat yang berpola predikat + subjek (P+S). Gejala inversi melawan struktur umum dari kalimat yang berpola subjek + predikat (S+P). Perhatikan contoh di bawah ini!

    No

    Kalimat Normal

    Kalimat Inversi (dalam legenda)

    1 Pada zaman dahulu, seorang pemuda

                                                   Subjek

     yang gagah perkasa hidup di tatar

                    Predikat

    Parahiyangan

    Pada zaman dahulu, hiduplah  seorang

                                             Predikat   Subjek

     pemuda yang gagah perkasa di tatar

    Parahiyangan

    2 Kakek sakti itu berkata, “Hei,

    manusia ular matilah!”

    Subjek               Predikat

    Kakek sakti itu berkata, “Hei, matilah

                                                           Predikat

    manusia ular!”

    Subjek

  3. Penanda waktu

    Penanda waktu yang umum digunakan untuk teks fabel adalah: Dahulu kala, suatu hari, pada zaman dahulu, alkisah, syahdan, ketika, saat, sebelum, sesudah, selanjutnya, setelah itu, dll.

  4. Kalimat langsung atau dialog dalam cerita

    Kalimat langsung dan dialog ditandai dengan tanda petik dua (“……”). Contoh:

    • Dewi Laguna berkata,”Mengapa kamu berani menentang perintahku? Kau tahu aku ini penguasa hutan larangan ini!”
    • Dukun sakti itu marah, “Hei, anak muda, jangan coba-coba melawanku kalau tidak ingin terkena karma karena sudah melawan oang tua!”
  5. Intejeksi (kata seru)

    Kata seru adalah kata atau frasa yang diakhiri dengan tanda seru. Contohnya: Yaa Tuhan! Awas! Wah! Aduh! Eh! Masya Allah! Allahu Akbar! Keren! Sialan! Asyik!

  6. Eksklamatoris atau ekslamasi (kalimat seru)

    Kalimat seru adalah kalimat yang diakhiri dengan tanda seru. Contohnya:

    • Sungguh saktinya lelaki itu!
    • Alangkah cerdasnya si perempuan dalam memberikan syarat!
    • Betapa ajaibnya kakek tua itu!
  7. Mengandung kata sifat (adjektiva) dan penanda tingkatan kata sifat.

    Catatan: penanda tingkatan kata sifat (sangat, terlalu, begitu, lumayan, lebih, paling, dll.) tidak wajib digunakan. Ada dua jenis kata sifat atau adjektiva: adjektiva dasar dan adjektiva turunan.

    • Adjektiva dasar

      Adjektiva ini terdiri dari kata dasar saja. Misalkan cantik, manis, pintar, besar, kuat, ajaib, lemah, tangguh, dll.

    • Adjektiva turunan

      Adjektiva ini terdiri dari imbuhan (prefiks atau awalan, sufiks atau akhiran, atau konfiks awaln+akhiran). Contoh: inspiratif, akuntabel, kekanak-kanakan, destruktif, ambisius, kemerah-merahan, prosedural, dll.

  8. Verba

    Verba adalah kelompok kata kerja yang biasanya menempati posisi predikat dalam kalimat. Ada beberpa jenis verba, namun verba yang digunakan dalam teks diskusi adalah verba aktif transitif dan intransitif.

    1. Verba aktif transitif

      Verba aktif transitif biasanya ditandai dengan prefiks me– dan verba transitif pastinya memerlukan objek dan bisa dipasifkan.

      Contoh:

      • Dengan sangat marahnya, Sangkuriang menendang perahu dan perahu pun terpelanting.
      • Sebagai seorang ayah dan suami, tidak sepantasnya Toba melanggar janjinya yang ia ucapakan sebelum menikahi sang ikan jelmaan.
    2. Verba aktif intransitif

      Verba aktif intransitif biasanya ditandai dengan prefiks ter/di-/ber-/menjadi dan verba inttransitif pastinya tidak memerlukan objek namun boleh ditambahkan pelengkap.

      Contoh:

      • Sang pemuda kemudian berlari dan bersembunyi di dalam gua untuk menghindari kejaran musuh.
      • Ratu Balqis menangis setelah mendapat intimidasi dari pasukan musuh.
Artkel Terkait  Pembahasan Soal SBMPTN Matematika IPA Tahun 2018

Berikut ini adalah contoh dari cerita legenda!

Legenda Sangkuring dan Gunung Tangkuban Perahu

Orientasi

Dulu ada kerajaan di Tanah Priangan. Hiduplah di dalam kerajaan tersebut, sebuah keluarga yang bahagia. Mereka adalah seorang ayah yang berwujud anjing, namanya Tumang, ibu yang dipanggil Dayang Sumbi, dan seorang anak bernama Sangkuriang.

Komplikasi

Suatu hari, Dayang Sumbi meminta anaknya pergi berburu dengan anjing kesayangannya, Tumang. Setelah seharian berburu, Sangkuriang mulai putus asa dan khawatir karena tidak bisa mendapatkan rusa. Kemudian dia berpikir untuk memanah anjingnya sendiri. Akhirnya si Tumang pun mati. Kemudian dia mengambil hati anjing itu dan membawanya pulang. Segera Dayang Sumbi mengetahui bahwa itu bukan hati dari rusa tetapi hati dari Tumang, anjingnya sendiri. Jadi, Dayang Sumbi sangat marah dan memukul kepala Sangkuriang. Dalam kejadian tersebut, Sangkuriang terluka dan dan berbekas. Lalu, Sangkuriang diusir  dari rumahnya.

Bertahun-tahun berlalu, Sangkuriang telah berkelana ke banyak tempat dan akhirnya sampai di sebuah desa. Dia bertemu dengan seorang wanita cantik dan merasa jatuh cinta padanya. Saat mereka sedang mendiskusikan rencana pernikahan mereka, wanita itu melihat luka di kepala Sangkuriang. Luka tersebut cocok dengan luka putranya yang telah pergi beberapa tahun sebelumnya. Dayang Sumbi segera menyadari bahwa dia merasakan cinta dengan putranya sendiri. Dia tidak bisa menikah dengannya tetapi bingung bagaimana mengatakannya. Kemudian, dia menemukan jalannya. Dia membutuhkan danau dan perahu untuk merayakan hari pernikahan mereka. Sangkuriang harus membuatnya dalam satu malam atau sebeum fajar tiba.

Akhirnya, Sangkuriang membangun sebuah danau. Karena pembuatan danau dan perahun pun sudah hampir selesai, tiada cara lain, Dayang Sumbi harus segera menggagalkannya. Kemudian, dia menerangi ufuk timur dengan kilatan cahaya. Itu membuat ayam berkokok untuk memulai hari yang baru. Sangkuriang merasa perbuatannya sia-sia karena sang fajar telah tiba dengan berkokoknya ayam dan dia akhirnya gagal menikahi Dayang Sumbi. Dia sangat marah dan menendang perahu. Perahu yang terhempas jauh akhirnya jatuh telungkup dan menjadi Gunung Tangkuban Perahu.

Artkel Terkait  Pembahasan Matematika IPS UN 2019 No. 11

Contoh-contoh lain dari cerita legenda adalah sebagai berikut:

  1. Legenda Tujuh Kepala Ular
  2. Legenda Terjadinya Danau Toba
  3. Legenda Roro Jonggrang
  4. Legenda Timun Mas
  5. Legenda Keong Mas
  6. Legenda Terjadinya Danau Batur
  7. Legenda Si Pitung, Jawara Betawi
  8. Legenda Asal-muasal Situ Bagendit
  9. Legenda Malin Kundang, Si Anak Durhaka

Soal No.1

Suatu teks yang berkembang di masyarakat tentang sebuah kejadian atau peristiwa yang melatarbelakangi keberadaan sesuatu atau sebuah tempat disebut …….

  1. Teks cerita fantasi
  2. Teks fabel
  3. Teks legenda
  4. Teks cerpen
  5. Teks fiksi

PEMBAHASAN :

Teks yang berkembang di masyarakat tentang sebuah kejadian atau peristiwa yang melatarbelakangi keberadaan sesuatu atau sebuah tempat. Peristiwa yang ada pada legenda ini dianggap suci oleh empunya atau oleh sebagian orang di zaman dulu karena berisi tentang keajaiban, kesaktian, anugerah, atau keistimewaan yang melibatkan tokoh-tokoh yang terlibat di dalam cerita tersebut.

Jawaban C

Soal No.2

Berikut ini yang bukan merupakan ciri-ciri atau karakteristik dari teks legenda adalah ….

  1. Cerita bersifat sakral, yaitu dianggap sebagai suatu kejadian yang benar-benar terjadi oleh empunya atau pun orang-orang zaman dahulu
  2. Cerita berisi tentang suatu peristiwa yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu atau suatu tempat yang terkenal di daerah itu.
  3. Bersifat keduniawian yang artinya peristiwa tersebut tidak ada hubungannya dengan aspek samawi, ketuhanan, atau religi. Peristiwa dalam sebuah legenda murni karena kesaktian dari tokoh dan memang hanya terjadi di bumi saja dengan latar waktu yang tidak begitu jelas/pasti.
  4. Bersifat migrasi. Artinya cerita dalam legenda dikenal luas di tiap-tiap daerah meskipun versinya terkaang sedikit berbeda dengan kisah aslinya.
  5. Tema dari cerita legenda seputar permasalah hidup sehari-hari, seperti percintaan, persahabatan, kasih sayang, kesalahpahaman, keluarga, lingkungan, dll.

PEMBAHASAN :

Tema dari cerita legenda masih seputar kejadian luar biasa, kesaktian, keajaiban, keanehan, kekuatan supranatural, dll. yang tidak kita temukan di kehidupan sehati-hari.

Jawaban E

Soal No.3

Berikut ini yang bukan contoh dari teks atau cerita legenda yaitu ……….

  1. Cerita si kancil dan si buaya bodoh
  2. Cerita Malin Kundang si Anak Durhaka
  3. Cerita Tujuh kepala ular
  4. Cerita Timun Mas
  5. Cerita Si Pitung, Jawara Betawi

PEMBAHASAN :

Yang bukan termasuk cerita legenda adalah cerita si kancil dan si buaya bodoh karena cerita tersebut termasuk fabel.

Jawaban A

Soal No.4

Salah satu unsur kebahasaan dari teks legenda, yaitu adanya penggunaan bentuk inversi. Di bawah ini kalimat yang menggunakan bentuk inversi adalah …..

  1. Amboi, sungguh nikmatnya teh manis hangat ini!
  2. Setelah datang tanpa hasil yang diharapkan, prajurit tersebut dihukum oleh sang raja.
  3. Amran berkata, “Pergilah kamu dalam hidupku!”
  4. Jangankan dua ribu, seratus rupiah pun aku tak punya.
  5. Datanglah kepadaku jika kamu perlu pinjaman uang mendadak!

PEMBAHASAN :

Kalimat inversi adalah kalimat yang berpola predikat + subjek (P+S). Gejala inversi melawan struktur umum dari kalimat yang berpola subjek + predikat (S+P).

Analisis:

Amran berkata, “Pergilah  kamu dalam hidupku!”

                         Predikat  Subjek

Jawaban C

Semoga Bermanfaat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *