Baiklah teman teman kita akan membahas soal selanjut nya yg ada di bawah :
Prajanjine abipraya,
Saturun turuning wuri,
Mangkono trahing ngawirya,
Yen amasah mesu bedi,
Dumadya glis dumugi,
Iya ing sakarsanipun,
Wong agung Ngeksiganda,
Nugrahane prapteng mangkin,
Trah tumerah dharahe padha wibawa.
Tulisen isine tembang kasebut!
jawaban :
Prajanjen kang luhur kanggo katurunane kang gelem ngasah budine mesthi cepet kasil.
Kajian per kata:
Prajanjine (perjanjiannya) abipraya (rencana, tujuan). Perjanjiannya bertujuan baik.
Tampaknya bait ini masih mengacu pada bait sebelumnya, tentang permintaan dari Ratu Kidul agar direkrut menjadi pengikut Senopati. Sungguh ini adalah sebuah ketegasan dan keteguhan mental yang luar biasa dari Panembahan Senopati. Bila ini terjadi pada orang lain mungkin akan menyerah pada pesona ratu lelembut itu. Tapi dengan tegas Panembahan Senopati mendudukkan Ratu Kidul hanya sebagai pengikut yang membantu cita-citanya memakmurkan kerajaan Mataram.
Saturun (sampai turun) turuning (temurun) wuri (nanti). Sampai turun-temurun, ke anak-cucu di kemudian hari.
Langkah yang diambil Senopati sangat menguntungkan bagi keturunannya di kemudian hari. Sikapnya akan menjadi preseden tentang bagaimana hubungan antara manusia dan alam tak kasat mata. Kelak ada cerita bahwa raja-raja sepeninggal Senopati akan mewarisi pernikahan dengan Ratu Kidul. Tentu ini adalah simbolisme dari kekalnya relasi yang telah dirintis oleh Panembahan Senopati.
Mangkono (begitulah) trahing (keturunan) ngawirya (orang perwira, ksatria, luhur). Begitulah keturunan orang luhur. Orang-orang yang berjiwa luhur meninggalkan keteladanan yang diwariskan kepada anak cucu, sehingga akan mudahlah bagi penerusnya nanti untuk melakukan hal yang sama.
Yen (kalau) amasah (mengasah) mesu (menajamkan) budi (akal budi). Bila berusaha mengasah ketajaman akal budi, kepekaan hati. Dumadya (yang diharap) glis (segera) dumugi (kesampaian). Yang diharap bisa segera kesampaian.
Karena sudah ada teladan dari Panembahan Senopati itulah, anak cucunya nanti tidak akan bersusah payah dalam upaya mempertajam akal budi, melatih kepekaan hati melalui laku tirakat, menahan hawa nafsu, merenung di tempat sepi, dll. Yang demikian karena sudah ada teladan dari leluhur mereka.
Iya (iya ini) ing sakarsanipun (yang dikehendaki). Yang demikian inilah yang dikehendaki. Wong agung Ngeksiganda, orang besar dari Mataram.
Apa yang dilakukan oleh Panembahan Senopati di atas, yang telah bersusah payah bertapa dan menahan hawa nafsu, serta tak tergoda pesona alam lelembut, itu semua demi anak cucu kelak mudah dalam menjalankan pemerintahan di Mataram.
Nugrahane (anugrahnya) prapteng (datang) mangkin (hingga nanti). Anugrahnya masih lestari sampai sekarang.
Usaha keras Panembahan Senopati buahnya masih berbekas sampai sekarang. Tak hilang sepeninggalnya, karena anak cucu meneruskan langkah-langkah bajiknya.
Trah (keturunan) tumerah (semuanya) dharahe (darahnya) padha (semua) wibawa (berwibawa). Seluruh keturunannya berwibawa.
Seluruh keturunan Panembahan Senopati membawa darah orang besar, tak mengherankan jika sampai kini mereka semua menjadi orang yang berwibawa.
Sebuah bibit unggul akan menumbuhkan pohon yang kuat dan elok.
—————-#—————-
Semoga bermanfaat teman-teman…